Kudekap tubuhnya untuk meredam isak tangisnya…
Garis tipis diwajahnya mengguratkan perjalanan hidupnya…
Cinta… Kamu tetap cantik…Waktu tidak bisa mengalahkanmu…
Cinta… Kamu tetap indah… Meski kau tercipta bukan untukku…

Bibir indahmu merintih …dalam lelap kau bergumam…
Ingin kubenamkan wajahku dalam bidang dadamu seumur hidupku…
Ingin kuhirup aroma tembakau tubuhmu sepanjang hayatku…
Ingin kuukir bait bait puisimu dalam kalbuku…

Duhai perkasa jangan kau lepaskan pelukanmu…
Aku lelah menjalani kehidupan ini…
Aku menangis menahkan kerinduanku…
Aku ingin bernafas dalam hembusan kasihmu…

Wahai cinta …jangan kau puja aku bagai berhala…
Wahai kasih …biarkan takdir merajah asmara derita…
Wahai denyut nadiku …biarkan darah cintamu mengalir ditubuhku…
Wahai matahariku… biarkan duka deritamu menjadi pukuk Smarandhana nirwana…

Air mata sebening permata itu masih mengalir…
Dengan tersedu bergetar bibir indahmu…
Duhai cahaya mata teduh tambatan hati…
Biarkan kupandangi wajahmu dalam berjuta sesalku…

Cinta… sungguh mulia pernah menjamahku…
Cinta… biarkan aku menyentuhmu…
Cinta… tenggelamkan aku dalam hujaman kasihmu…
Cinta… jalankan takdir itu dengan cahayamu ikhlasmu…

Cinta… Biarkan engkau tetap menjadi Legenda…  

Jakarta 24 November 2009