Melati putih itu berkembang disudut hati…

Tidak indah menawan tapi ia putih bersahaja…

Bercahaya ketika tertimpa cahaya rembulan malam…

Harumnya menyusup perlahan mewangi sepanjang malam…

 

Kupetik Perlahan dan kuhujamkan dengan kelembutan…

Kubaringkan pada benang jiwa hingga bersatu utuh…

Kulingkarkan pada leher jenjangmu yang kian berpelunh…

Dan… aroma suci itu membaluri seluruh tubuhku…

 

Engkau menangis dalam diam…

Isakmu terserak dalam prada yang tercemar memerah…

Kau benamkan seluruh asamu dalam pelukanku…

Kubelai dan kuciumi wangi melati itu pada Rambutmu…

 

Melati putih itu kian menawan…

Bergoyang menari dalam semilir angin…

Berderak tergesek dahan rantingmu…

Dan… meneteskan embun pagi dalam tiap helai bungamu…

 

Sinar pagi membuat dirimu putih bercahaya…

Tapi Harum itu tetap menempel dalam setiap lekuk tubuhmu…

Berkubang kecipak tirta melati…

Meresapi tiap helai aroma putih wangi wujudnya…

 

Aku terlelap dalam taburan bunga melati…

Aku tertidur dalam tilam keharuman yang mempesona…

Melati itu tetap Harum…

Meski Kelopak Kesuciannya Hancur Berserakan… 

Bintaro Tahun Dua Belas…