Rhamadhan kian tua…

Langitnya tak lagi bercahya…

Ia lelah mengelilingi dunia…

Membawa amanah malam seribu bulan…

Ditelusurinya rumah rumah Allah didunia…

Tapi tafakur itu tak pernah khusu…

Hanya berisi keluh kesah tanpa desah ikhlas…

Bersujud hanya ritual tanpa Hakekat …

Didatanginya pinggiran dunia…

Tempat nelayan berkelana dengan biduk ketentraman…

Tempat tafakur yang sempurna…

Yang dijumpai hanya tawa dan dentum bom air merusak terumbu karang…

 

Didakinya puncak gunung gunung pencakar nirwana…

Yang didapat hanya telapak dusta dan jejak angkuh pengelana…

Tangis itu bukan rasa syukur tapi hanya rasa pongah yang tertunda…

Dan kembali tangan tangan kotor itu menghancurkan puncak dunia…

Ia mencoba berpaling ketengah kota…

Mungkin dari hiruk pikuk ini manuasia mendapatkan Pencerahan…

Mungkin diantara maksiat dunia terdapat mutiara Marifat…

Mungkin dilumpur dosa ini intan pewrna surga…

Dilorong lorong itu hanya bencana….

Disetiap kelokan gang itu hanya maksiat nyata…

Digedung gedung itu hanya tempat berkumpulnya tipu daya…

Disetiap rumah rumah itu lafaz al Quran telah tiada…

Ia semakin kecewa…

Tapi disudut itu ia terkesima…

Ada seorang bocah tertunduk pasrah dan menerawang keangkasa…

Ah… itulah mungkin sang Auliya…

Dihampirinya dengan amnah yang akan ia tumpahkan…

Hatinya bungah karena amanat itu akan tersampaikan…

Tapi bocah itu mengais menengadah dan tersenyum,,,

Sang bocah sedang mencetak Narkoba…

Rhamadan itu menangis…

Melolong meraung dan gemanya membahana…

Sekali lagi Amanah itu tak pernah bisa disampaikan…

Palembang akhir Rhamadan 2011…